07 Januari 2015

Pulau Buru


Buru Selatan yang merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten Pulau Buru memiliki potensi wisata bahari yang cukup menjanjikan. Laut yang menjanjikan pesona indah, terumbu karang serta perbukitan/pegunungan penuh belantara hijau menjadikannya daerah yang pantas untuk wisata alam. Deretan beberapa pulau yang mendampingi pulau Buru serta laut bagai permadani biru di dalamnya terhampar terumbu karang yang menyebar sampai batas tepian tebing pembatas gunung dan laut yang langsung menunjam ke dalam laut....


Sebagai salah satu pulau besar di tanah Maluku, Pulau Buru memiliki luas 8.473,2 km² dengan garis pantai yang panjangnya 427,2 km, menjadikan pulau ini nomor dua terbesar setelah pulau seram.
Umumnya pulau ini didominasi perbukitan serta  pegunungan dengan puncak tertinggi mencapai 2.736 m.
Mereview masa lalu, pulau ini dulunya dijadikan lokasi pengasingan bagi para tahanan politik pada masa-masa awal pemerintahan Orde Baru. Daerah
 utaranya masuk dalam wilayah kabupaten buru yang beribukota Namlea sedangkan selatan masuk kabupaten buru selatan yang beribukota di Namarole.







Sebagian besar wilayah ini masih terselimuti hutan lebat dengan sebaran penduduk masih jarang serta terkonsentrasi pada daerah pesisir pantai. Pusat pemerintahannya berada di Namarole sebagai ibu kota kabupaten..





Sebagai kabupaten yang masih seumur jangung, Buru Selatan masih dihadapkan pada sarana infrastruktur yang minimal, sarana transportasi darat yang menghubungkan kecamatan-desa masih sangat terbatas sehingga angkutan laut adalah solusi alternatif sebagai jalur penghubung.

 
Untuk mencapai daerah ini (Namarole/kota kabupaten) dari kota Ambon (ibukota provinsi Maluku), jenis angkutan yang dipakai bervariasi mulai dari kapal cepat, kapal kayu, fery serta pesawat terbang dengan waktu tempuh sekitar 7-10 jam untuk angkutan laut serta 30 menit untuk pesawat terbang dari bandara pattimura Ambon.


Seperti umumnya pulau-pulau besar lain di Indonesia, Buru Selatan juga memiliki suku terasing yang hidup di daerah pedalaman/gunung, namun sebagian besar dari suku-tersebut telah direlokasi/menetap permanen di lokasi-lokasi yang telah distatuskan sebagai desa. Hal ini dapat dilihat pada kecamatan Fenafafan yang merupakan pemekaran dari kecamatan Leksula.

Keseluruhan desa yang masuk wilayah kecamatan fenafafan adalah desa yang berembrio dari suku-suku yang hidup di daerah pegunungan Pulau Buru.

 
Secara umum kecamatan ini boleh dibilang unik, penghubung antara desa yang satu dengan desa yang lain menggunakan angkutan darat memanfaatkan jalan-jalan logging/perusahaan kayu dengan kondisi jalan masih didominasi lubang-lubang, gundukan batuan serta tanah berlumpur.


 
Sarana penerangan masih menggunakan genset serta PLTS bantuan pemerintah (dinas ESDM, PNPM) serta dari perusahaan kayu yang beroperasi di wilayah tersebut. 

Adalah keunikan natural yang mungkin menjadi keinginan dan Buru Selatan adalah wilayah tepat untuk dijelajahi, disana ditemui laut, hutan, gunung, jalanan serta orang-orang yang belum terkontaminasi.......  bersambung




Pulau Seram, Maluku