Amiruddin Ruslan hanya ada dalam surat atau dokumen perusahaan. Sudah puluhan tahun panggilan saya Joni," kata Amiruddin tersenyum, menjelaskan mengapa kita pasti sia-sia jika menanyakan dirinya di bengkel. Amiruddin, Jumat siang pekan lalu, ditemui tujuh anggota Panitia Khusus Hak Angket DPR dalam rangka investigasi lapangan kasus Century. Pertemuan di ruang rapat pimpinan Polda Sulselbar, Makassar, berjalan maraton sekitar 4 jam.
Pansus dipimpin Waki] Ketua Mahfudz Siddiq (Fraksi PKS), Akbar Faisal (Hanura), Ibnu Munzir (Golkar), Dolfi OFP (PDI-P). Jafar Hafsah (Demokrat), Raditya Gambiro (Demokrat), dan Achmad Muzani (Girindra). Amiruddin disertai tiga pengacara.
Wakapolda Sulselbar Brigjen Pol. Wisjnu Amat Sastra dan Kepala Humas Polda Hery Subiansuri setia menemani hingga akhir. Uniknya, proses yang semula diduga bakal panas mengingat niat Pansus mengorek praduga, rupanya jauh panggang dari api. Suasana malah sangat cair. Hanya sesekali Akbar dan Achmad mencoba menaikkan tempo dengan into-nasi tinggi atau mengulang pertanyaan untuk meminta ketegasan. "Anda disumpah luh. Pak Joni. Jangan bohong," kejar Akbar yang mantan wartawan.
Namun, lumemya pengadilan dewan itu bukan melulu disebabkan oleh mood pansus yang lagi happy. Sejujurnya, Amiruddin juga patut mendapat credit karena tampil lugas. Dia memberi kesan tak ada yang ditutupi. Anggota Pansus bebas memelototi buku tabungannya dan akta kredit dari beberapa bank. Dia juga melayani candaan Akbar, Jafar, dan Ibnu-ketiganya orang Sulawesi Selatan-dalam bahasa Bugis.
"Tojeng-tojenga [Sungguh mati], Pak. Saya sama sekali tidak punya hubungan dengan parpol, kecuali orang yang datang beli ban atau oli," kata Amiruddin. Mendengar itu, Akbar cs dan puluhan wartawan tergelak.
Bukan tukanq Misi resmi Pansus menemui Amiruddin semestinya hanya satu, yakni melakukan konfrontasi temuan PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan) terkait transaksi yang ditengarai ilegal dan atau mengalir ke kas salah satu tim kampanye pasangan presiden pada Pemilihan Presiden 2009.
Namun, di tengah awan keraguan yang tetap menggantung selepas pertemuan-Mahfudz Siddiq mengakui masih perlu klarifikasi data PPATK-setidaknya satu hal menjadi jelas Amiruddin memang mili.bukan penjaga bengkel yang tidak jelas juntrungannya. Omzet seluruh perusahaan miliknya di Makassar, Palu, dan Kendari sekitar Rp24 miliar per bulan. Di samping bengkel besar, pundi-pundi pria kelahiran 9 Oktober 1956 yang tak lulus SMA ini bersumber dari bisnis distribusi onderdil, vulkanisir, sampai SPBU.
Dia tercatat memiliki hubungan dagang dengan perusahaan terkemuka nasional, a.l. Grup Astra dan Grup Indomobil. Satu tetangga Amiruddin yang mengekspor suku cadang molor ke daerah mengatakan semua pengusaha olomotif kota itu pasti mengenal dia, sekurangnya nama besar Mahaputra. Tetangga lain menuturkan bisnis keluarga Ruslan telah menggurita sejak 1980-an.
Fakta ini kontras jika disandingkan dengan berbagai praduga yang muncul sebelumnya, bahwa Amiruddin nasabah kacangan. Ada yang menyebut dia hanya tukang bengkel, lainnya menduga dia mengelola bengkel sepeda.
Amiruddin sendiri mengeluhkan sangkaan keterlibatannya dalam perkara dana talangan Century. Kini, katanya, sejumlah distributor di Jakarta menunda pengiriman barang pesanannya karena khawatir usaha Amiruddin terganggu oleh kasus ilu.
"Bagaimana nasib karyawan nanti bila ada apa-apa dengan bisnis kami. Kami hanya pengusaha biasa yang juga selalu membayar pajak, tetapi malah jadi korban seperti ini," keluhnya. Apa boleh buat. Nasi sudah men jadi bubur. Tbh, terlepas dari rayuan pejabat dan tenaga pemasaran bank. Amiruddin sendiri yang dulu memilih menabung di Century dan bermain api dengan reksa dana bodong di Antaboga. (men yon® blinti.coM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon daftarkan diri anda: