26 Oktober 2015

Bandung Oktober '15





Plane yang kami tumpangi mendarat di Soekarno-Hatta Air Port pukul 8.00 WIB, lebih cepat 20 menit dari jadwal pendaratan yang diumumkan pramugari. Setelah bagasi diselesaikan kami lansung melanjutkan  perjalanan ke Bandung, dimana sebelumnnya mampir di Bekasi mengambil kendaraan yang dipinjamkan oleh saudara.

Dengan menggunakan kendaraan pinjaman tersebut, di pagi hari tanggal 11 Oktober 2015 perjalanan dilanjutkan. Cerah cuaca hari itu dan yang tak kalah penting adalah kondisi jalan TOL Cipularangnya yang lengang langgeng.  Jarum jam menunjukan pukul 13.35 saat antrean untuk keluar pintu TOL Pasteur-Bandung.


Perjalanan kami lanjutkan menuju Hotel Universal yang beralamat di Jalan Setiabudhi. Sedikit mengalami kemacetan sepanjang perjalanan kami, walaupun telah berusaha melewati jalanan yang dalam istilah umum disebut jalan-jalan tikus. 

Hotel yang bernuansa Classic dengan pewarnaan alami kehitaman menawarkan kenyamanan serta kepuasan tersendiri bagi mereka yang mulai memasuki area hotel.

Kamar bernomor 201-202 ditawarkan kepada kami. Kamar yang masing-masing  jendelanya menghadap arah barat dan timur dengan view lembah-lembah terselimuti pepohonan dikombinasikan rumah-rumah  kaum pemilik duit terlihat dengan jelas.  Kesejukan, kemewahan, kreativitas tinggi sangat terasa di sekitar hotel.

Sentuhan tangan-tangan trampil menjadikan hotel ini memiliki kekhasan serta nilai seni yang sangat menarik pada sudut-sudut bangunannya. Begitu juga dengan para awak hotel, tak kalah dengan bangunannya, para awak hotel menawarkan keramahan yang sejuk....


Tujuan kami datang ke Hotel Universal Jalan Setia Budhi bukan dalam bentuk misi liburan, akan tetapi untuk mengikuti seminar tentang pemanfaatan sumber-sumber alam yang ada untuk gasifikasi biomassa. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Ditjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tersebut setidaknya mengingatkan kita akan kondisi minyak bumi yang semakin memasuki kelangkaan. Dengan memanfaatkan energi-energi alternatif setidaknya dapat menolong kita dari kondisi kebingungan jika suatu saat nanti minyak bumi mengalami titik kritis dari kelangkaan.

Dalam seminar tersebut, beberapa peserta terutama yang berasal dari daerah mempertanyakan komitmen pemerintah pusat terhadap pengembangan energi alternatif yang bersumber dari tanaman/tumbuhan. Hal ini didasari pengalaman kampanye pemanfaatan jarak untuk biofuel.

Kampanye besar-besaran kepada masyarakat untuk beralih ke penanaman pohon jarak sebagai bahan baku biofuel yang telah ditanggapi positif masyarakat petani akhirnya berakhir dengan ketidakjelasan yang berakibat ketidakpercayaan masyarakat terhadap program-program yang ditawarkan pemerintah…ini yang dikeluhkan oleh sebagian peserta seminar dan inilah yang menjadikan rasa trauma yang berujung ke ogah-ogahan untuk menindaklanjuti kampanye pemerintah pusat terhadap pemanfaatan energi alternatif terutama yang bersumber dari tumbuhan/tanaman yang dianjurkan ke masayarakat petani.

Mengenai energi alternatif, hampir semua daerah memiliki potensi yang besar, selain biomassa. Potensi energi alternatif lainnya seperti air, angin, sampah, laut dll sangat potensial untuk dikembangkan sebagai jawaban atas ketergantungan kita pada minyak bumi yang semakin menipis cadangannya.

Selain itu, dalam seminar tersebut juga disinggung mengenai pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) bidang energi terbarukan. Peserta dari instansi pemerintah (Pemda) menyoroti tugas dan fungsi yang diemban di organisasi tempat kerja terkadang tidak didukung dengan pendidikan serta pelatihan (Diklat) yang memadai  berkaitan dengan tugas-tugas pemerintahan yang diemban. Kalaupun ada, diklat tersebut seringkali diikuti oleh orang-orang yang bukan bidang tugasnya. Penugasan diklat yang direkomendasikan oleh pimpinan instansi/lembaga lebih pada pertimbangan hubungan-hubungan kedekatan  bukan karena profesionalisme atau kebutuhan organisasi- tugas fungsi- yang diemban.

Jam menunjukan angka 5.30 PM, kesimpulan dari seminar telah rampung dan disebar ke peserta seminar… setelahnya Penutupan menjadi akhir dari seminar.

Saatnya jalan-jalan menyusuri Kota Bandung di malam hari… Bandung yang berjuluk kota kembang juga paris van java memiliki nuansa kekhasan yang cantik nan indah. Sangat disayangkan bila momen yang ada tidak sekalian dimanfaatkan untuk menikmati indahnya kota bandung terutama saat-saat malam hari. Sudut-sudut kota Bandung menawarkan jajanan dan hiburan yang menggoda terutama di sepanjang Jalan Dago yang kami lalui. Tawaran hiburan berupa café dan factory outlet (FO) penuh menggoda untuk di “jenguk”. Selain Dago, Paris Van Java serta kawasan sekitar Gedung Sate juga tak luput dari jalan-jalan kami.

Waktunya siap-siap cek out n balik Jakarta, 11’30”..14102015….…..
Setelah semua barang milik sudah terkemas serta tidak ada yang tertinggal di kamar lagi, kami langsung pamit alias cek out di recepsionist. Selanjutnya kami teruskan perlajanan menggunakan kendaraan yang kami bawa dari Jakarta.

Oleh-oleh khas Bandung menjadi incaran utama kami di hari terakhir selama di Kota Kembang dan pilihan jatuh pada ‘toko oleh-oleh Kartika Sari’. Full pengunjung mulai terasa saat masuk basement Kartika Sari.  Saat sampai area pajangan oleh-oleh terlihat jenis dan bentuk dengan banyak pilihan yang ditawarkan terutama untuk makanan kering. Pilihan sangat tergantung selera serta kebutuhan masing-masing. Dan setelah dianggap cukup pilihan dan cukup selera yang telah terakomodir, perjalanan kami lanjutkan menuju Bandung Indah Plaza.

Tujuan ke ke BIP hanya untuk menukarkan belanjaan jean’s  yang telah dibeli malam sebelumnya tapi ukuran yang kelewatan besar.

Perjalanan kami lanjutkan menuju stasiun kereta api, satu personil melanjutkan perjalanan ke Cirebon menggunakan kereta api. Di stasiun kereta kami menyempatkan diri untuk rehat sebentar sambil menikmati minum dan penganan ringan café yang ada di kompleks stasiun. Jam telah menunjukan pukul 5.30 PM dan saatnya kluar kota Bandung dengan pilihan  melalui pintu TOL Pasteur. Sepanjang perjalanan menuju Pasteur kondisi jalanan benar-benar macet total dan keputusannya melalui jalanan tikus seperti awal masuk bandung.

Ternyata jalanan tikuspun tak semudah yang dibayangkan, lengang dan bisa dilewati minimal 2 kendaraan roda empat. Kenyataanya berbanding terbalik dengan bayangan kami, jalannya sempit yang umumnya hanya bisa dilalui satu mobil, kondisi yang ada diperparah dengan banyaknya kendaraan roda 2 yang lalu lalang juga……. Akhirnya bisa juga sampai pintu TOL.

Hari mulai gelap di sepanjang perjalanan kami menuju Jakarta, maghrib menghampiri di perjalanan tersebut dan rest area adalah altenatif yang pas untuk melaksanakan kewajiban spiritual sekaligus  mengisi perut yang mulai tidak kompromi akibat kekuarangan amunisi……

Memasuki wilayah Jakarta tepatnya di pintu TOL Cikunir pukul 9.45 PM, sedikit memakan waktu dari kondisi normalnya yang hanya sekitar 2 sampai 2,5 jam perjalanan Jakarta-Bandung -Jakarta…..

Keluar pintu TOL Cikunir dan sampai di perempatan Jati Warna kami berpencar alias saling pamitan.. saya lanjutin perjalanan sendiri ke Depok dengan mobil yang menemani kami selama tiga  hari perjalanan tersebut sedangkan dua personilku melanjutkan perjalanan ke Condet (rumah famili mereka) menggunakan Taxi……


Next, sampai jumpa di hari yang lain, kawan...................





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon daftarkan diri anda:

Pulau Seram, Maluku